Usaha Budidaya Ikan Kerapu




Jakarta - Saya berminat investasi di bidang perikanan yaitu Budidaya Ikan Kerapu dikarenakan daerah kami tinggal di daerah pesisir. adapun perhitungannya adalah :



1. Biaya Pembuatan Keramba 3 Lubang (Rp. 6.500.000)dapat bertahan 2 periode tanpa perbaikan
2. Biaya Benih Ikan (1.500 ekor) dan Pakan selama 1 periode panen (Rp.9.600.000)
3. Dengan tingkat kematian sebesar 40% dan berat saat panen rata-rata 500gr dengan harga jual Rp.50.000-Rp55.000/kg sehingga diperikrakan harga jual.
4. Sistem bagi hasil dengan pekerja.


Yang ingin saya tanyakan layak kah usaha ini dilanjutkan dengan perhitungan tersebut?

Terima kasih atas saran dan perhatian bapak.

Jawaban :
Bapak/Ibu yang terhormat, kami mencoba untuk mengolah informasi yang didapatkan dengan tambahan asumsi sebagai berikut :

* Tidak ada biaya sewa lokasi untuk budidaya ikan kerapu ini
* Keramba yang dibuat bertahan selama 2 periode, sehingga setelah 2 periode keramba tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu dibuat yang baru. Sehingga biaya per periode adalah sebesar 50% dari biaya pembuatan keramba 3 lubang
* Harga jual yang dipergunakan adalah sebesar Rp. 52.500 sebagai nilai tengah dari asumsi harga jual yang diantara Rp. 50.000 dan Rp. 55.000.
* Sistem bagi hasil antara pemilik modal dan pekerja adalah 50% : 50%


Dengan menggunakan tambahan asumsi di atas, maka dalam 1 periode diperoleh informasi sebagai berikut :

* Pengeluaran per periode adalah sebesar Rp. 12,85 juta. Yang berasal dari alokasi biaya pembuatan keramba 3 lubang sebesar Rp. 3,25 juta dan biaya benih ikan dan pakan per periode sebesar Rp. 9,6 juta
* Pendapatan per periode sebesar Rp. 11.812.500. Yang didapat dari hasil perkalian: total benih x benih yang bertahan x berat rata-rata per ekor x harga jual x persentase bagi hasil.
* Sehingga didapat defisit sebesar Rp. 1.037.500 per periode





Dari perhitungan di atas, bisnis ini akan menghasilkan defisit sekitar Rp. 1 juta per bulan. Namun demikian ada beberapa hal perlu diperhatikan berikut ini :

* Dengan mengubah perjanjian bagi hasil antara pemilik modal dan pekerja dari 50% : 50% menjadi 60% : 40%, sehingga diperoleh surplus sebesar Rp. 1,325 juta per periode.
* Jika tingkat kematian meningkat menjadi 60% atau rata-rata berat ikan lebih kecil daripada asumsi yang dipergunakan, maka defisit yang akan ditanggung menjadi lebih besar.
* Perlu dipikirkan juga teknologi baru yang bisa diterapkan yang menghasilkan rata-rata berat ikan lebih dari 500 gr per ekor. Hal ini akan meningkatkan pendapatan per periode.
* Demikian pula teknologi baru dalam pembuatan keramba sehingga keramba dapat bertahan lebih dari 2 periode, sehingga alokasi biaya pembuatan keramba akan menjadi lebih kecil.
* Selamat berhitung.

Joannes Widjajanto-Shildt Financial Planner



Tidak ada komentar: